
Jakarta, CNBC Indonesia - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) optimistis penghimpunan dana di pasar modal RI tahun ini akan mencapai target Rp200 triliun di semester II-2024. Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif & Bursa Karbon OJK Inarno Djajadi memaparkan data penawaran umum menunjukkan pencatatan umum perdana saham atau initial public offering (IPO) saham akan mencapai sebesar Rp3,56 triliun, atau sebesar 2,97% dari total target.
Sementara itu, IPO di pasar modal Indonesia terpantau sepi. Inarno mengatakan data pipeline saat ini menunjukkan terdapat 79 perusahaan yang akan IPO saham dengan nilai indikatif penawaran umum sebesar Rp11,08 triliun, rencana penawaran umum terbatas sebanyak 7 perusahaan dengan nilai indikatif Rp3,88 triliun, dan 17 rencana penawaran EBUS dengan nilai indikatif Rp15,06 triliun, sehingga total pipeline sebesar Rp30,02 triliun.
"Berdasarkan data historis 5 tahun terakhir, dari sisi jumlah penawaran umum, penerbitan EBUS merupakan yang tertinggi dengan jumlah 84 penawaran umum, untuk penerbitan IPO saham (sebanyak 25) menempati posisi ketiga, dan untuk PUT dengan jumlah 11 merupakan yang tertinggi keempat," ujar Inarno dalam keterangan tertulisnya, Rabu (10/7/2024).
Pasar pencatatan saham perdana di Asia Tenggara menurun secara signifikan dalam enam bulan pertama tahun 2024. Menurut laporan dari Deloitte, kapitalisasi pasar anjlok 71% menjadi US$5,8 miliar atau sebesar Rp94,52 triliun.
Mengutip CNBC International, pasar IPO Indonesia memang telah mencatatkan penurunan, setelah mencapai puncak peringkat IPO di wilayah Asia Tenggara pada 2023.
"Indonesia, yang menduduki puncak peringkat IPO pada tahun 2023 [Asia Tenggara], mengalami penurunan yang signifikan pada paruh pertama tahun 2024, karena investor dan calon IPO mengambil pendekatan wait-and-see menjelang pemilihan presiden pada bulan Februari 2024 dan sebagai antisipasi kebijakan ekonomi baru," kata analis Deloitte, dikutip dari CNBC International, Rabu (10/7/2024).
Kapitalisasi pasar listing di Indonesia anjlok 92,2% menjadi US$1,22 miliar dari Januari hingga Juni, sedangkan dana IPO yang diperoleh turun 89,1% menjadi US$ 248 juta dibandingkan dengan tahun lalu. Jumlah listing di Indonesia pada enam bulan pertama tahun ini turun menjadi 25 dari 44 pada periode yang sama tahun lalu, turun 43,2%.
Sementara itu secara keseluruhan, wilayah Asean hanya mencatat 67 penawaran umum perdana pada semester pertama, jumlah tersebut turun 21,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dana yang diperoleh dari IPO juga turun 59,4% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi US$ 1,38 miliar (Rp22,5 triliun)
Menurut Delloite, tidak ada IPO "blockbuster" dari Januari hingga Juni, hanya ada satu IPO besar dengan kapitalisasi pasar lebih dari US$1 miliar (Rp16,29 triliun) dan mengumpulkan dana lebih dari US$200 juta atau Rp3,26 triliun. Pada periode yang sama tahun lalu, ada tiga IPO besar yang masing-masing menghasilkan lebih dari US$ 600 juta (Rp 9,78 triliun).
Dicetak ulang dari cnbcindonesia, hak cipta isi berita dimiliki oleh pemilik asli
风险提示:以上内容仅代表作者或嘉宾的观点,不代表 FOLLOWME 的任何观点及立场,且不代表 FOLLOWME 同意其说法或描述,也不构成任何投资建议。对于访问者根据 FOLLOWME 社区提供的信息所做出的一切行为,除非另有明确的书面承诺文件,否则本社区不承担任何形式的责任。
FOLLOWME 交易社区网址: followme.asia
加载失败()