IHSG Jelang Akhir Pekan Berpotensi Mixed ke Rentang 7.500-7.633

IDXChannel - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi mixed atau beragam sepanjang perdagangan Jumat (4/10/2024) ke rentang 7.500-7.633.

Pengamat pasar modal sekaligus Founder WH Project, William Hartanto mengatakan, tekanan pada IHSG nampak mulai terbatas, walaupun belum benar-benar reda.

"Dalam 3 hari terakhir, nampak upaya pertahanan IHSG agar bisa bertahan di atas level 7.500, dan itu terjadi tanpa intraday gap," tulis William dalam analisisnya, Jumat (4/10/2024).

Menurut William, kondisi ini termasuk bagus karena pelaku pasar sudah mulai menentukan batas pelemahan IHSG yaitu pada 7.500, namun nampaknya IHSG belum akan rebound dalam waktu dekat.

"Faktor tekanan jual asing dan pembobotan dari saham-saham yang melemah masih belum berakhir. Dan jika terjadi fase bottoming, kami memperkirakan bahwa perlu waktu beberapa hari konsolidasi sebelum IHSG menguat kembali," ujar dia.

Terjadi net sell asing sebesar 916 miliar, net sell terbesar terjadi pada saham BBRI dan BBCA dan selebihnya di saham-saham lain mengalami net sell di bawah 100 miliar.

"Masih terindikasi kepanikan pelaku pasar namun dengan fokus pada net sell asing, bisa dikatakan sudah mulai mereda," kata dia.

Posisi IHSG secara teknikal, nampak memiliki 2 support yang dapat diperhatikan, yaitu pada 7.500 dan 7.430.

"Kedua support ini menjadi demand zone yang dapat membantu mengukur apakah fase bottoming IHSG sudah dimulai atau belum," kata dia.

Berikut beberapa saham yang direkomendasikan secara teknikal:

• TOBA, buy, support 585, resistance 700.
  Trend following dengan posisi candlestick menguat di atas MA5 dan MA20.
• AMRT, buy, support 3.080, resistance 3.220.
  Candlestick membentuk pola inside bar pada indikator MA20, memiliki peluang untuk rebound.
• CTRA, buy, support 1.280, resistance 1.385.
  Pergerakan harga mengalami konsolidasi dalam tren menguat, area 1.280 merupakan support kuat untuk buy on weakness.
• MARK, buy, support 1.030, resistance 1.160.
  Candlestick membentuk pola shooting star, berpotensi melemah terbatas dan peluang buy on weakness pada area support.

(DESI ANGRIANI)