
IDXChannel - Harga minyak mentah turun pada Selasa (26/11/2024) karena perhatian pasar beralih ke pertemuan OPEC+ akhir pekan ini dan dampak ancaman tarif dari presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Selain itu pelemahan harga minyak juga turut tertekan oleh meredanya risiko geopolitik serta penguatan dolar AS.

Kontrak berjangka (futures) inyak mentah WTI untuk pengiriman Januari ditutup melemah USD0,17 menjadi USD68,77 per barel. Sementara itu, Brent untuk kontrak Januari, yang menjadi acuan global, terakhir turun USD0,31 ke USD72,70 per barel.
Penurunan ini melanjutkan koreksi 3 persen pada Senin (25/11) setelah laporan kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Lebanon, yang telah disetujui kabinet Israel pada Selasa (26/11).

Meredanya risiko geopolitik mengalihkan fokus pasar pada lemahnya permintaan dari China dan meningkatnya pasokan global.
OPEC+ dijadwalkan menggelar pertemuan virtual pada Minggu untuk membahas rencana mengakhiri pemangkasan produksi sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari, dengan penambahan pasokan bulanan sebesar 180 ribu barel per hari mulai Januari.

Namun, rencana ini telah tiga kali ditunda, dan pertemuan 1 Desember nanti berpotensi kembali menunda pengembalian produksi mengingat harga minyak yang masih bergerak terbatas.
Presiden terpilih Donald Trump menyatakan akan memberlakukan tarif 25 persen pada impor dari Meksiko dan Kanada—pemasok minyak terbesar ke AS—serta tarif tambahan 10 persen pada impor dari China setelah menjabat.
Kanada memasok sekitar 3,8 juta barel per hari ke kilang AS, sementara ekspor Meksiko terakhir dilaporkan sebesar 406 ribu barel per hari.
Namun, Trump belum memberikan rincian apakah ancaman tarif ini juga akan mencakup minyak mentah.
“Harga minyak mentah masih terjebak di level support utama karena pelaku pasar menilai dampak potensi gencatan senjata Israel-Hizbullah, pengaruh tarif Trump terhadap pertumbuhan, dan kelebihan pasokan OPEC+ di tengah permintaan yang lesu,” kata Saxo Bank, dikutip MT Newswires, Selasa (26/11).
Konsultan dan perusahaan riset pasar Ritterbusch dalam laporannya mencatat, “Hilangnya premi risiko geopolitik juga turut berperan, dengan situasi ‘tidak ada berita adalah berita buruk’ yang tampaknya masih berlaku saat ini.”
Selain itu, kata Ritterbusch, ekspektasi yang meningkat terhadap gencatan senjata di Timur Tengah menekan pasar.
“Sementara minimnya berita besar terkait konflik Rusia-Ukraina mengurangi minat spekulatif,” ujarnya, dikutip Dow Jones Newswires, Selasa (26/11). (Aldo Fernando)
作者:27/11/2024 08:00 WIB,文章来源Idxchannel,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:以上内容仅代表作者或嘉宾的观点,不代表 FOLLOWME 的任何观点及立场,且不代表 FOLLOWME 同意其说法或描述,也不构成任何投资建议。对于访问者根据 FOLLOWME 社区提供的信息所做出的一切行为,除非另有明确的书面承诺文件,否则本社区不承担任何形式的责任。
FOLLOWME 交易社区网址: followme.asia
加载失败()