
IDXChannel - Bank sentral Amerika Serikat (The Fed) resmi menahan suku bunga acuan Fed Funds Rate (FFR) di level 4,25-4,5 persen.
Keputusan ini telah diperkirakan secara luas oleh pasar, namun sikap hawkish petinggi Fed menjadi perhatian analis.
Gubernur The Fed, Jerome Powell menegaskan, belum ada urgensi untuk menurunkan suku bunga dalam waktu dekat, mengingat inflasi yang masih berpeluang meningkat.
Powell menekankan ekonomi AS dan pasar tenaga kerja masih kuat, sehingga belum ada urgensi bagi mereka untuk segera melonggarkan kebijakan moneter.
Sejumlah analis sepakat keputusan Fed mengindikasikan dimulainya jeda pemangkasan suku bunga untuk periode yang lebih lama, terutama di tengah kehati-hatian bank sentral atas potensi inflasi di bawah kepemimpinan Presiden AS Donald Trump.
Bank of America (BofA) dalam risetnya menilai pernyataan Fed bersifat relatif hawkish, meskipun dinilai masih ada ruang untuk melakukan penyesuaian level FFR ke depan.
"Kami tetap nyaman dengan melihat siklus pemangkasan suku bunga telah berakhir. The Fed jarang mengubah kebijakan lebih lambat dari siklus triwulanan," tulis analis BofA dalam catatannya, dilansir Investing, Senin (30/1/2025).
Deutsche Bank juga menyampaikan pandangan serupa. Fed juga bakal tidak akan mengambil langkah pemangkasan suku bunga pada pertemuan ke depan, khususnya pada Maret.
Selain itu, Deutsche Bank menyoroti ketidakpastian kebijakan di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump menjadi faktor lain yang membuat The Fed cenderung bersikap hati-hati.
Diketahui, Trump telah berjanji untuk melakukan perubahan besar dalam kebijakan fiskal, termasuk pemangkasan pajak korporasi serta kebijakan perdagangan dan imigrasi yang lebih proteksionis.
Langkah-langkah tersebut berpotensi memicu tekanan inflasi di masa mendatang, yang dapat membatasi ruang gerak The Fed untuk memangkas suku bunga.
Standard Chartered dalam risetnya menilai Powell berada di posisi yang sulit, mencoba menjaga keseimbangan antara kekhawatiran terhadap potensi kebijakan inflasi di bawah Trump, dan risiko terlibat dalam perdebatan politik jika terlalu cepat mengubah kebijakan moneter.
CEO Goldman Sachs, David Solomon menyatakan langkah kebijakan The Fed pada 2025 kemungkinan besar akan tetap berada dalam area yang sempit, kecuali terjadi perubahan signifikan dalam laju inflasi.
"Jika tidak ada kebijakan yang secara drastis mengubah inflasi, saya pikir suku bunga akan berada dalam kisaran yang sempit," kata Salomon dalam komentarnya yang diunggah di situs resmi perusahaan.
Ia juga menyoroti bahwa meskipun inflasi barang tahan lama mulai mereda, sektor jasa dan harga pangan masih menjadi tantangan utama yang mempengaruhi ekonomi.
The Fed sebelumnya telah memangkas suku bunga sebesar 1 persen sepanjang 2024, seiring dengan adanya kemajuan dalam pengendalian inflasi.
Namun, inflasi yang tetap tinggi membuat bank sentral AS memberikan sinyal pada Desember lalu bahwa pemangkasan suku bunga di 2025 akan berlangsung dengan kecepatan yang jauh lebih lambat.
(DESI ANGRIANI)
作者:30/01/2025 10:44 WIB,文章来源Idxchannel,版权归原作者所有,如有侵权请联系本人删除。
风险提示:以上内容仅代表作者或嘉宾的观点,不代表 FOLLOWME 的任何观点及立场,且不代表 FOLLOWME 同意其说法或描述,也不构成任何投资建议。对于访问者根据 FOLLOWME 社区提供的信息所做出的一切行为,除非另有明确的书面承诺文件,否则本社区不承担任何形式的责任。
FOLLOWME 交易社区网址: followme.asia
加载失败()