USD/IDR Meroket, Membuat Rupiah Merana di Atas 16.550, Cemas Menunggu Data PCE AS

• Pasangan mata uang USD/IDR terus meroket yang kini tengah bergerak di sekitar 16.560-an.
• Dolar AS didukung oleh rencana tarif Trump dan data PDB AS Kuartal 4.
• Data inflasi AS akan dicermati oleh para pedagang di sesi Amerika Utara malam ini.

Rupiah Indonesia (IDR) anjlok hingga ke 16.567 terhadap Dolar AS (USD) pada perdagangan sesi Asia di hari Jumat meski BI telah berupaya untuk melakukan intervensi di pasar keuangan. Pasangan mata uang USD/IDR dibuka di 16.540 pagi ini setelah Indeks Dolar AS (DXY) melonjak kembali di atas level 107 pada perdagangan semalam.

Kepala Ekonom Permata Bank, Josua Pardede, menyebutkan bahwa pada perdagangan hari ini, kurs Rupiah diprakirakan akan berada di kisaran Rp16.425-Rp16.550. 

Indeks Dolar AS (DXY), yang melacak kinerja Dolar AS (USD) terhadap enam mata uang utama, menembus level 107, yang sekarang tengah diperdagangkan di 107,38 setelah rilis data PDB AS. Imbal Hasil Obligasi Amerika Serikat bertenor 10 Tahun saat ini terpantau turun 1,35% di 4,229%.

Biro Analisis Ekonomi AS mengungkapkan bahwa PDB AS yang disetahunkan di kuartal keempat 2024 stabil di tingkat 2,3%, sesuai dengan estimasi awal dan sejalan dengan ekspektasi pasar. Indeks Harga PDB naik 2,4% dibandingkan dengan estimasi awal sebesar 2,2%. Data ini telah menunjukkan bahwa ekonomi AS stabil.

Sementara itu, klaim tunjangan pengangguran mingguan yang berakhir pada tanggal 21 Februari naik sebesar 22.000 menjadi 242.000, mencapai level tertinggi dalam lebih dari dua bulan dan menandakan potensi pelemahan di pasar tenaga kerja. 

Unggahan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump di platform X, yang menyebutkan bahwa paket tarif sebesar 25% yang direncanakan untuk Meksiko dan Kanada akan mulai berlaku pada 4 Maret, telah membuat pasar bergejolak. Presiden Trump juga memberitahukan bahwa ia berencana untuk memberlakukan tarif tambahan 10% pada barang-barang Tiongkok di tanggal tersebut. Risiko perang dagang yang kembali muncul ini telah menekan Rupiah Indonesia terhadap Dolar AS bersama mata uang Asia lainnya.

Para investor global mengalihkan fokus mereka ke laporan indeks harga Belanja Konsumsi Pribadi (Personal Consumption Expenditures/PCE) yang akan dirilis pada hari Jumat, pukul 20:30 WIB. Laporan ini merupakan pengukur inflasi pilihan Federal Reserve dan akan memainkan peran penting dalam menentukan keputusan kebijakan moneter di masa depan.