Aksi Jual Obligasi Meningkat, Alarm Pasar Mulai Berbunyi

avatar
· 阅读量 9
Aksi Jual Obligasi Meningkat, Alarm Pasar Mulai Berbunyi
Aksi Jual Obligasi Meningkat, Alarm Pasar Mulai Berbunyi. (Foto: Freepik)

IDXChannel - Aksi jual besar-besaran terus melanda pasar obligasi Amerika Serikat (AS) alias US Treasury pada Rabu (9/4/2025), menandakan bahwa investor mulai melepaskan aset paling aman mereka.

Gejolak ini dipicu oleh ketegangan global akibat kebijakan tarif baru dari AS, yang berpotensi memicu aksi jual paksa dan peralihan dana besar-besaran ke aset tunai.

Baca Juga:
Aksi Jual Obligasi Meningkat, Alarm Pasar Mulai Berbunyi Dijegal Tarif AS, Pemerintah Diminta Perkuat Perdagangan dengan BRICS

“Ini bukan lagi soal fundamental. Ini soal likuiditas,” ujar Analis Senior Suku Bunga di ANZ Sydney, Jack Chambers.

Imbal hasil (yield) obligasi AS bertenor 10 tahun, yang selama ini menjadi acuan utama sebagai aset aman, melonjak tajam.

Baca Juga:
Aksi Jual Obligasi Meningkat, Alarm Pasar Mulai Berbunyi Menkeu AS Pede Menang Perang Tarif Lawan China

Obligasi bertenor panjang menjadi target utama aksi jual dari hedge fund yang sebelumnya bertaruh pada selisih harga kecil antara obligasi tunai dan kontrak berjangka (futures). Imbal hasilnya bahkan sempat menembus 4,5 persen, meskipun ekspektasi pemangkasan suku bunga AS semakin meningkat.

Sementara itu, nilai dolar AS justru melemah terhadap euro dan yen, menambah ketidakpastian di pasar.

Baca Juga:
Aksi Jual Obligasi Meningkat, Alarm Pasar Mulai Berbunyi Jerman Ingin Tarik Pulang 1.200 Ton Emas yang Disimpan di AS

Di Jepang, bank sentral, Kementerian Keuangan, dan regulator perbankan menggelar pertemuan darurat pada pukul 07.00 GMT untuk merespons gejolak ini. Langkah tersebut sedikit meredakan aksi jual ekstrem.

Hingga perdagangan sesi Asia siang, imbal hasil obligasi AS 10 tahun naik menjadi 4,41 persen, meningkat 16 basis poin, dan melonjak lebih dari 50 basis poin dari posisi terendah pada awal pekan.

Imbal hasil obligasi tenor 30 tahun bahkan mengalami lonjakan hampir 60 basis poin hingga melampaui 5 persen. Jika tren ini berlanjut, akan menjadi aksi jual terbesar sejak 1981.

Gejolak ini tidak hanya terjadi di AS. Imbal hasil obligasi pemerintah Jepang tenor 30 tahun juga melonjak ke level tertinggi dalam 21 tahun, menandakan dampak global dari tekanan pasar.

"Volatilitasnya sudah setara dengan krisis keuangan global (GFC) dan pandemi COVID-19," kata Kepala Perdagangan Obligasi, Valas, dan Komoditas di Bank of America Australia, Mark Elworthy.

"Jika pasar terus bergejolak seperti dalam 12–24 jam terakhir, kemungkinan akan ada respons dari bank sentral dalam waktu dekat."

Hedge Fund Terjebak Aksi Jual

Tanda-tanda peringatan telah muncul dalam beberapa hari terakhir, terutama ketika selisih antara imbal hasil obligasi AS dan suku bunga swap di pasar antarbank menyempit akibat tekanan jual.

Di tengah gejolak ini, hedge fund menjadi pihak yang paling tertekan. Pemberi pinjaman mereka mulai menarik dukungan terhadap posisi besar yang bertaruh pada perbedaan kecil antara obligasi tunai dan kontrak berjangka atau swap.

"Saat broker utama mulai memperketat persyaratan margin atau menolak memberikan tambahan pinjaman, hedge fund terpaksa menjual asetnya," kata, Chief Investment Officer di Aravali Asset Management, Mukesh Dave.

Strategi yang digunakan, dikenal sebagai "basis trade," biasanya dilakukan oleh hedge fund makro. Mereka menjual kontrak berjangka atau swap dan membeli obligasi tunai dengan dana pinjaman untuk memanfaatkan perbedaan harga kecil.

Namun, aksi jual besar-besaran dalam beberapa hari terakhir menyebabkan lonjakan imbal hasil obligasi dan ketidakseimbangan dengan swap. Menurut catatan Reuters, selisih antara imbal hasil obligasi AS 10 tahun dan suku bunga swap melonjak ke 64 basis poin, tertinggi dalam sejarah.

Pada Rabu, tarif impor AS tertinggi dalam lebih dari satu abad resmi diberlakukan. Kebijakan ini mengguncang pasar global dan memicu perdebatan mengenai masa depan obligasi AS sebagai pusat sistem keuangan dunia.

"Aksi jual UST mungkin menandakan pergeseran besar, di mana obligasi AS tidak lagi dianggap sebagai aset safe haven utama di pasar obligasi global," ujar Strategis Perdagangan Suku Bunga G10 di Citi, Ben Wiltshire.

Beberapa analis juga mencermati dampak jangka panjang dari perubahan arus perdagangan global yang dapat memperlambat permintaan asing terhadap obligasi AS atau bahkan mendorong aksi jual dari pemegang asing.

"Pasar kini khawatir bahwa China dan negara lain bisa melepas kepemilikan obligasi AS sebagai bentuk pembalasan," kata chief investment adviser di BNP Paribas Wealth Management, Hong Kong, Grace Tam. (Aldo Fernando)

风险提示:以上内容仅代表作者或嘉宾的观点,不代表 FOLLOWME 的任何观点及立场,且不代表 FOLLOWME 同意其说法或描述,也不构成任何投资建议。对于访问者根据 FOLLOWME 社区提供的信息所做出的一切行为,除非另有明确的书面承诺文件,否则本社区不承担任何形式的责任。

FOLLOWME 交易社区网址: followme.asia

喜欢的话,赞赏支持一下
avatar
回复 0

加载失败()

  • tradingContest